Potret Pete Best pertama menunjukkan pose menyampirkan senapan, sebelum mengokangnya. Kemudian Pete Best berdiri dekat dermaga pelabuhan; kedua lengannya mengangkat seikat belut, sepertinya berisi belasan ekor. Pete Best mempertontonkan kebolehan menggebuk perkusi legendaris berlogo The Beatles. Konser gegap gempita. Pete Best menggandeng empat perempuan jelita, membawa mereka menyeberangi persimpangan New Jersey. Semua potret terlihat megah, terlihat hebat.
Pameran jepretan Lennon sukses besar. Selasa besok penutupannya. Lennon mengundang George ke galeri demi mengajaknya mencicipi teh Jepang seduhan pembantunya. Trem George terkena macet, kebetulan George perlu mencari toilet sebentar. Gerbang menyambutnya dengan deretan potret-potret Pete Best, tersusun menyamping. Gema dentum sepatu pantofelnya mendekat kepada Lennon. Reaktif, Lennon mengibaskan palet, menoleh kepadanya. Jenggot cokelatnya belum dipendekkan, terbiar berkibaran.
“Engkau terlambat,” dengkus Lennon ketika mengeloyor.
George terdiam, tetapi tetap setia membuntuti Lennon ke belakang galeri. George mendapati bilik berisi meja perjamuan, bentuknya persegi kecil. Terdapat sejumlah pelayan menghidangkan teh perjamuan dengan gestur terlatih. Seorang pelayan perempuan membungkuk sembari menuangkan teh berwarna kehitaman ke gelas Lennon. Pelayan lelaki mengikutinya, membawa sepoci teh berwarna kehijauan, kemudian menuangkannya ke gelas George.
“Pete Best. Redaksi benar-benar terkejut, Lennon.”
“Seharusnya engkau mengerti kenapa.”
Sembari menyeruput teh, Lennon memandangi kembang-kembang kebun belakang galeri. George mencoba mencari penyelesaian teka-teki lemparan Lennon. Lennon pemain keyboard merangkap terompet, Pete Best pemain perkusi. Pete Best melenggang menuju ketenaran bersama The Beatles, ketika Lennon telah tercampakkan. Lennon terlunta menggotong kamera, menyelesaikan keinginan remajanya.
“Pernah mencoba menghubungi keponakannya?”
Lennon menggeleng pelan. George bersiap segera menyodorkan pertolongan.
“Setelah pameran selesai? Redaksi segera persiapkan.”
Lennon beranjak. George beserta seorang pelayan perempuan membuntutinya. Setelah berjalan delapan meter, mereka berhenti. Terdapat selembar selempang menyelimuti sebingkai potret berukuran besar.
“Rencanaku berangkat ke New Jersey. Rencana terakhir.”
Pelayan perempuan melangkah ke depan sedikit, menyibakkan selempang. George membelalak.
“Lennon? Ternyata engkaulah….”
Lennon mengangguk. Bersama pelayannya, mereka meninggalkan George, termangu menatap potret realis terakhir Lennon.
Terpampanglah potret Pete Best tengah terkapar bersimbah kemerahan pekat, sehabis ditembak seorang penggemarnya.
Jakarta, 06/04/2020, 321 kata. Reverse-lipogram E (baca: setiap kata yang digunakan selalu mengandung huruf E).