Pujasera(m)

Abaikan wejangan dokter untuk olahraga sesering mungkin dan duduk-duduk bercamilan sejarang mungkin, ambisinya menjadi manusia terberat di dunia justru dimulai dari duduk di depan televisi. Mula-mula matanya mengudap saluran kuliner, menelan ludah yang dibuat-buat ketika sup diaduk dan remah bumbu dituang. Seleranya cepat mencicit: dia pindah ke saluran yang saban hari membahas bakso daging tikus, dari penjual yang itu-itu lagi, siaran ulang empat kali sebulan. Seleranya cepat mengarnivora: dia pindah ke kanal binatang buas, ikut mencecap waktu taring predator mengoyak buruannya. Dan terakhir, ketika nafsu kanibalnya membinal, memuncaki klasemen nasional; dia pindah ke saluran kriminal. Manusia tengah berimpit-impit di stasiun, berebut tempat yang diperjuangkan dari pagi, direbus matahari sandal jepit dan keringat, hidup-hidup. Jarinya menjentik, masuk ke televisi, dan—pakai telunjuk dan jempol—memunguti pepes manusia itu. Hari ini, tiga dulu.


Jakarta, 06.07.2018

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s