Ada sebuah takik pertanda bocor di langit-langit kamar Milo, persis di atas mejanya. Ia kerap meneteskan air, seperti malaikat yang sedang kencing dari baliknya.
Suatu hari, ponsel Milo ketiban pulung: layarnya teperciki tiga tetes dari takik itu. Esoknya, ponsel itu rusak.
Beberapa hari kemudian, buku catatan Milo yang mengonggok di sanalah korban pengencingan selanjutnya, basah tiga titik di sampul. Esoknya, buku itu lenyap.
Milo bergidik. Segera ia panggil seorang tukang untuk membetulkannya. Dasar tukang batil, bocor itu masih saja; seminggu berselang.
Kemarin, Milo mencoba menambalnya sendiri. Tepat saat ia menunduk dan memejam untuk berpikir, tiga tetesan hangat mendarat di tengkuknya.
(London, 27/04/2017. Diikutsertakan ke #FFKamis untuk komunitas Monday Flash Fiction dengan kata kunci “takut” dan harus 100 kata pas. Gagal karena jumlah kata akhirnya 99, dan curang dengan selisih jam. Per Maret 2018, komunitas Monday Flash Fiction sedang hiatus.)
(Terinspirasi dari toilet umum yang jorok, dikombinasi dengan judul Cerpen Terbaik Kompas 2015 “Anak Ini Ingin Mengencingi Jakarta” dan faktor takhyul.)